KERUSAKAN CAMPURAN ASPAL DAN PENANGANANNYA
Berbagai Jenis
Kerusakan Jalan Aspal. Apa Penyebab Dan Solusinya?
Wirya ageng aditya (417110097)
Kegiatan perekonomian
sangat didukung dengan tersedianya prasarana jalan. Jalan yang baik
memperlancar hubungan antara berbagai daerah. Sebaliknya, jalan yang rusak
pastinya akan menghambat kegiatan ekonomi dan bisa menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan. Kerusakan jalan memang menjadi salah satu masalah di Indonesia yang
seringkali terjadi terutama di jalan-jalan dengan volume lalu lintas yang
padat. Berikut ini jenis-jenis kerusakan jalan aspal, penyebab dan solusinya.
1.
Retak lelah dan
deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal
Jenis kerusakan jalan
aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua lapisan jalan ini
terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain
banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban
kendaraan yang berat mengakibatkan di setiap lapisan perkerasan terjadi
regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang terus melintas pada akhirnya
membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan
deformasi dibiarkan saja, maka ketika musim hujan bisa dipastikan air akan
masuk ke dalam retakan dan mengubah retakan menjadi lubang yang semakin lama
semakin besar. Karena itu sebaiknya begitu terjadi retak lelah dan deformasi,
perbaikan harus segera dilakukan dengan penambalan-penambalan.
Jalan-jalan dengan
perkerasan aspal sesungguhnya tidak cocok dilalui oleh jenis-jenis kendaraan
berat. Kendaraan berat sebaiknya diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton
yang memiliki struktur lebih kuat dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan
aspal.
2.
Retak
Ada berbagai jenis
retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain retak kulit
buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan
retak slip. Salah satu faktor terbesar penyebab retak tersebut adalah buruknya
sistem drainase jalan. Karena itu, solusinya tak cukup hanya dengan menambal
retakan-retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun sehingga jenis
kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang
baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau mengalirkan air
dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini
juga harus mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan
mengendalikan air bawah tanah yang bisa menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem
drainase yang sudah dibangun harus benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem
drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap
bisa mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan
jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai pula dengan pembangunan
sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa
dihindari. Dalam membangun sistem drainase jalan, ada beberapa hal yang penting
untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi sepanjang jalan untuk
menentukan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi aliran air, analisa curah
hujan maksimum dalam satu tahun pada daerah di area jalan aspal, dan
perencanaan sistem drainase agar tidak mengganggu drainase yang telah ada.
3.
Distorsi
Distorsi atau perubahan
bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang
lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang
terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal
berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan melakukan penambalan saja.
Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan memakan waktu yang tak
sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya diperbaiki dengan
menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan penambahan lapisan
permukaan baru.
Tahap pemadatan pada
proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan cermat. Pemadatan wajib dilakukan untuk meningkatkan
kekuatan tanah, memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan memperkecil daya
rembesan air pada tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan
sehingga diperoleh kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini
umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya saja penggilas three wheel roller
atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6 ton hingga 12 ton yang digunakan
untuk memadatkan material berbutir kasar, tandem roller dengan bobot antara 8
ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi untuk mendapatkan permukaan lapisan
yang agak halus, dan pneumatik tired roller yang cocok dipakai untuk
penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang granular.
4.
Kegemukan
Kerusakan kegemukan
yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini
terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda
kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut
kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi
pada campuran aspal atau dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada
tahapan prime coat. Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan
menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa
juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.
5.
Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal
berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa
perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan
jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang menjadi
lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan pengguna jalan.
Lubang-lubang pada
jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan lubang-lubang terlebih
dahulu dari air serta dari material-material yang lepas. Setelah itu bongkar
lapisan permukaan dan pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang
paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan lapisan pengikat atau tack coat.
Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat. Padatkan lapisan campuran aspal
tersebut dan haluskan permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan jalan
lainnya.
Lubang-lubang jalan
aspal yang ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan
menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang kembali terjadi hanya
beberapa saat setelah penambalan dilakukan.
6.
Pengausan
Kerusakan pengausan
ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini
sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa
membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah
tergelincir pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat
terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus terhadap roda-roda
kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat berbentuk
bulat dan licin. Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area
permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau latasbun.
7.
Stripping
Kerusakan stripping
atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan kurangnya ikatan
antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan yang
terlampau tipis. Untuk kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa
dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang rusak terlebih
dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan
buras.
Komentar
Posting Komentar